Apakah Agnostik itu?
by hawarihadi
Apakah Agnostik itu?
Oleh Bertrand Russell, 1953.
Diterjemahkan oleh Setya A. Sis
Apakah orang agnostik itu Atheis?
Tidak. Seorang atheis, seperti halnya penganut Kristiani, mempercayai bahwa ia dapat mengetahui ada atau tidak adanya Tuhan. Penganut Kristiani mengatakan bahwa ia dapat mengetahui Tuhan itu ada; kaum atheis menyatakan bahwa kita dapat mengtahui Tuhan itu tidak ada. Orang agnostik menunda pengambilan keputusan, dengan menyatakan bahwa tidak cukup bukti untuk menegaskan atau menolak adanya Tuhan. Pada saat bersamaan, orang agnostik mungkin mengatakan bahwa eksistensi Tuhan meskipun bukan tidak mungkin, sangat kecil kemungkinan adanya; ia mungkin menyatakan begitu kecil kemungkinan adanya Tuhan, maka Tuhan pada kenyataannya tidak cukup bermakna untuk dipakai sebagai bahan pertimbangan. Dalam hal demikian, Tuhan disingkirkan tak jauh berbeda seperti dalam atheisme. Sikapnya adalah mirip seperti filsuf yang teliti terhadap dewa-dewa Yunani Kuno. Apabila saya disuruh membuktikan bahwa Zeus dan Poseidon dan Hera dan dewa-dewi Olympia lainnya tidak ada, maka saya pasti kebingungan dalam memberikan argumen yang memadai. Orang agnostik akan berpendapat bahwa Tuhan orang Kristiani sama kecil kemungkinan adanya dengan dewa-dewi Olympia; dalam hal demikian, untuk mudahnya ia sama dengan orang atheis.
Oleh karena Anda menolak “hukum Tuhan”, otoritas apa yang Anda terima sebagai pedoman hidup?
Orang agnostik tidak menerima “otoritas” apapun sebagai mana halnya yang diterima oleh orang beragama. Dipercayai bahwa orang harus memikirkan sendiri masalah pedoman hidup. Tentu saja, ia akan mengambil keuntungan dari pengalaman orang lain, tetapi harus dipilihnya sendiri orang-orang yang dianggapnya bijak, dan sama sekali tidak akan menganggap bahwa apapun yang dikatakannya tak boleh dibantah. Teramati bahwa apa yang ditentukan oleh “Hukum Tuhan” itu selalu berubah setiap saat. Injil mengatakan bahwa wanita tiak boleh kawin dengan saudara laki-2 dari suami yang telah meninggal, dan bahwa dalam keadaan tertentu wanita harus kawin dengannya. Jika anda kebetulan seorang janda tak beranak dan masih ada ipar yang belum kawin, maka logikanya anda tak boleh menghindari “hukum Tuhan.”
Bagaimana Anda mengetahui baik dan buruk? Apakah yang dianggap Dosa oleh orang agnostik?
Orang agnostik tidak begitu pasti sebagaimana yang diyakini penganut Kristiani terhadap apa yang disebut baik dan buruk. Tidak akan diklaim seperti yang diklaim penganut Kristiani di masa lalu bahwa orang yang tak setuju dengan perintah mengenai theologi yang absurd harus menerima hukum mati yang menyakitkan. Hukum mati demikian ditentang, dan lebih hati-hati mengenai tuduhan moral.
Kata “dosa” dianggap bukan sebagai ide yang ada gunannya. Tentu saja diakui bahwa sebagian macam tindakan adalah patut dan sebagian lagi tidak patut, tapi diyakini bahwa hukuman untuk tindakan yang tidak patut hanya diterapkan jika dimaksudkan untuk menghindari atau memperbaiki, bukan karena hukuman itu memang dianggap baik dan dengan pikiran bahwa orang jahat harus menderita. Kepercayaan inilah yang ada dalam hukuman balas dendam sehingga orang menerima idee neraka. Ini adalah bagian merugikan yang telah diakibatkan oleh adanya ide “dosa”.
Apakah orang agnostik melakukan apapun asal dikehendakinya?
Dalam satu hal tidak, dilain hal siapapun akan melakukan apa yang dikehendakinya. Kalau misalnya Anda begitu membenci seseorang sampai Anda mau membunuhnya: Kenapa tidak? Anda akan menjawab: “Sebab agama mengatakan bahwa pembunuhan adalah dosa.” Namun dalam kenyataan statistik, orang-orang agnostik tidak lebih cenderung melakukan pembunuhan dari pada orang lain, dan kenyataannya kecenderungan mereka memang lebih kecil. Mereka mempunyai motif sama untuk tidak melakukan pembunuhan sebagaimana orang lain. Jauh dalam lubuk hatinya, motif paling kuat adalah takut dihukum. Namun dalam keadaan tanpa hukum, seperti demam menambang emas, segala macam orang akan melakukan kejahatan, meski dalam keadaan normal mereka adalah orang-orang yang taat pada hukum. Bukan hanya karena adanya hukuman, tapi juga ada rasa tidak nyaman mengetahui hal menakutkan itu, dan rasa sepi karena mengetahuinya, untuk menghindari kebencian orang, anda harus memakai topeng meski dengan teman terdekat anda sekalipun. dan dan ada lagi yang sering disebut “conscience”: Jika anda pernah berangan-angan untuk membunuh, anda akan takut pada ingatan yang mengerikan saat-saat terakhir tubuh korban anda tak bernyawa. Semua ini benar, ya, tergantung pada kehidupan anda dalam masyarakat yang taat hukum, tetapi banyak sekali alasan-alasar non agama/sekuler yang dipakai untuk menciptakan dan dan mengabadikan masyarakat demikian.
Saya katakan ada alasan lain mengapa siapapun akan melakukan apa yang diinginkannya. Tak seorangpun kecuali orang tolol yang menuruti segala keinginan, tetapi apa yang menahan keinginan in check adalah selalu merupakan meinginan yang lain. Keinginan anti-sosial seseorang dapat di kendalikan oleh keinginan untuk menyenangkan Tuhan, tapi dapat juga dikendalikan oleh keinginan untuk menyenangkan teman-temannya, atau mendapatkan respek penghormatan dari masyarakatnya, atau agar dapat mencitrakan dirinya sendiri tanpa rasa jijik. Namun jika tak memiliki keinginan-2 tersebut, maka satu-2 nya aturan abstrak moralitas tak akan dapat meluruskan orang itu.
Bagaimanaka anggapan orang agnostik terhadap Injil?
Orang agnostik menganggap Injil tepat sebagaimana yang dianggap oleh seorang enlightened clerics. Tidak dianggapnya sebagai inspirasi illahi; akan dianggapnya sebagai legenda sejarah awal, dan tak lebih akurat dari pada yang tertulis dalam Homer; dianggapnya ajaran moral yang terkandung didalamnya kadang baik, tapi kadang sangat buruk. Misalnya, Samuel memerintahkan Saul dalam perang untuk tidak saja membunuh tiap laki-laki, wanita, dan anak-anak lawan, tapi sampai semua biri-biri dan ternak sapinya. Namun demikian Saul tetap membiarkan biri-biri dan ternak sapi hidup, dan untuk hal ini kita disuruh mengutuknya. Saya tak pernah mampu menyenangi Elisha karena mengutuki anak-anak yang mengolok-oloknya, atau mempercayai (yang dinyatakan Injil) bahwa Dewa yang baik hati akan mengirimkan beruang jadi-jadian untuk membunuh anak-anak tersebut.
Bagaimanakah anggapan orang agnostik terhadap Jesus, Kelahiran oleh Sang Perawan, dan Trinitas yang Suci?
Karena orang agnostik tidak percaya Tuhan, tak dapat dipercayai bahwa Jesus adalah Tuhan. Kebanyakan orang-orang agnostik menghargai kehidupan dan ajaran Jesus sebagaimana ditulis dalam Injil, tetapi tidak harus melebihi penghargaan terhadap orang lain. Ada yang menempatkan Jesus sama dengan sang Buddha, sebagian dengan Socrates dan dan lainnya dengan Abraham Lincoln. Mereka juga tidak menganggap apa-apa yang dikatakannya tidak boleh dibantah, oleh karena orang Agnostik tidak menerima suatu otoritas sebagai hal yang absolute.
Orang Aganostik Menganggap Kelahiran Sang Perawan sebagai satu doktrin yang diambil dari mitologi pagan/kafir, dimana kelahiran demikian bukan hal yang aneh (Zoroaster dikatakan terlahir dari seorang perawan; Ishtar, the dewi Babylon, yang disebut sebagai the Holy Virgin/Perawan Suci). Mereka tak dapat memberikan kepercayaannya kepada hal tersebut, ataupun kepada doktrin Trinitas, karena keduanya tidak mungkin tanpa adanya kepercayaan pada Tuhan.
Dapatkah orang agnostik menjadi penganut Kristiani?
Kata ” Kristiani” mempunyai berbagai makna dalam waktu yang berbeda. Selama berabad-abad sejak jama Kristus, kata itu berarti orang yang percaya apada Tuhan dan keabadian dan serta bahwa Kristus adalah Tuhan. Tetapi kaum Unitarians menyebut diri mereka penganut Kristiani meski tidak percaya akan keIlahian Kristus, dan banyak orang saat ini menggunakan kata “Tuhan” dengan arti yang kurang pas dibandingkan dengan arti jaman sebelumnya. Banyak orang yang sekarang mempercayai Tuhan tidak lagi bermakna person/manusia, atau trinitas dari person, namun hanya berupa kecenderungan kabur atau kekuatan atau maksud dan tujuan immanent dalam evolusi. Lebih jauh lagi, orang lain mengartikan “Kristianitas” hanyalah sebuah sistem etika yang dibayangkan sebagai karakter penganut Kristiani saja, karena mereka tidak peduli dengan masalah kesejarahan.
Dalam buku yang baru diterbitkan, ketika saya katakan bahwa apa yang diperlukan dunia adalah “cinta, cinta Kristiani, atau kepedulian/compassion,” banyak yang menyangka hal ini menunjukkan adanya perubahan dalam pemikiran saya, meski kenyataannya mungkin saya katakan hal yang sama kapanpun. Jika yang Anda maksudkan “Penganut Kristiani” berarti orang yang mencintai tetangganya, yang sangat bersimpati terhadap penderitaan, dan yang sangat menginginkan agar dunia bebas dari kebuasan dan kebencian yang jaman sekarang ini diabaikan, maka jelas Anda mendapat justifikasi untuk menyebut saya seorang Kristiani. Dan dalam hal ini, saya kira anda akan dapat menemukan lebih banyak “penganut Kristiani” diantara orang-orang agnostik dibandingkan dalam kalangan orthodoks. Namun menurut saya, Saya tak dapat menerima definisi demikian. Selain penolakan lainnya, namapaknya agak kasar bagi orang Yahudi, Buddhis, Muslim, penganut non Kristianilainnya , yang sepanjang sejarah ditunjukkan oleh sejarah, paling tidak cenderung untuk melakukan moralitas diklaim dengan arogan oleh penganut Kristiani sebagai unik milik agama mereka sediri.
Saya kira juga bahwa siapapun yang menyebut diri penganut Kristiani di jaman-jaman awal, dan dah sebagian besar orang yang melakukannya sampai saat ini, akan menganggap bahwa kepercayaan pada Tuhan dan immortalitas adalah essensial bagi penganut Kristiani. Dengan dasar ini, saya menyebut saya sendiri sebagai penganut Kristiani, harus saya katakan bahwa orang agnostik tak dapat menjadi penganut Kristiani. Namun jika kata “Kristianitas” ternyata digunakan secara umum dulunya hanya berarti sejenis moralitas, maka jelaslah mungkin bagi seorang agnostik untuk menjadi penganut Kristiani.
Apakah Orang agnostik menolak bahwa manusia punya Jiwa?
Pertanyaan ini tidak mempunyai arti yang tepat kecuali kita diberi definisi sari kata “jiwa”. Saya kira yang dimaksudkan secara kasar adalah sesuatu nonmaterial yang berada dalam seluruh hidup seseorang bahkan, bagi yang mempercayai immoralitas, sepanjang waktu-waktu yang akan datang. Jika yang begitu maksudnya maka orang agnostik mungkin tidak akan percaya bahwa manusia mempunyai jiwa. Tetapi akan segera saya tambahkan bahwa hal ini tidak berarti orang agnostik pasti penganut materialis. Banyak orang-orang agnostik (termasuk saya sendiri) sangat ragu pada tubuh sebagaimana ketidak tahuan mengenai jiwanya, namun ini adalah cerita lama untuk mempertimbangkan metafisik yang sulit ini. Baik jiwa maupun materi harus saya katakan adalah simbol yang mudah dalam satu diskursus, sebenarnya bukan sesuatu yang eksis.
Apakah orang agnostik percaya Akhirat, Surga atau Neraka?
Pertanyaan mengenai apakah orang akan hidup setelah mati adalah pertanyaan mengenai bukti mana yang memungkinkan. Riset fisika dan spiritualisme dianggap oleh banyak orang dapat memberikan buktinya. Orang agnostik dengan demikian tidak mempunyai pandangan mengenai kelangsungan jiwa kecuali dianggapnya ada bukti yang serba sedikit-pun. Menurut pandangan saya sendiri, saya anggap tidak ada alasan memadai untuk mempercayai bahwa kita akan hidup lagi setelah mati, namun saya terbuka untuk percaya jika ada bukti yang memadai.
Surga atau neraka adalah hal lain lagi. Percaya pada adanya neraka terikat pada adanya kepercayaan bahwa hukuman pembalasan artas dosa adalah hal yang baik, sangat terpisah of dari tujuan pencegahan atau perbaikan yang mungkin dapat diberikan. Orang agnostik hampir tak percaya akan hal ini. Sehubungan dengan surga, barangkali ada bukti yang dapat diraba dengan eksistensinya melalui spiritualisme, namun kebanyakan orang-orang agnostik menganggap tidak ada bukti demikian, dan oleh karenanya tidak mempercayai adanya surga.
Apakah anda tak pernah takut pada pembalasan Tuhan karena menolak-Nya?
Tentu tidak. Saya juga menolak Zeus dan Jupiter dan Odin dan Brahma, namun hal ini tidak menyebabkan kebingungan/keraguan bagi saya. Saya perhatikan bahwa sebagian besar dari ummat manusia tidak percaya tuhan Tuhan dan tidak menderita hukuman yang nyata karenanya. dan jika memang ada Tuhan, saya kira Tuhan itu tidak akan merasa tak nyaman karena ditolak eksistensinya.
Bagaimana Orang Agnostik menerangkan keindahan dan harmoni Alam?
Saya tak tahu dimana ketemunya “keindahan” dan “harmoni”. Dalam kelompok kerajaan binatang, binatang-binatang itu saling memakan. Kebanyakan dari mereka terbunuh dengan kejam oleh binatang lain atau mati pelan-pelan karena kelaparan. Menurut saya sendiri, saya tak bisa melihat keindahan luar biasa atau harmoni dalam diri Cacing Pita. Janganlah dikatakan bahwa binatang ini dikirim sebagai hukuman atas dosa-dosa kita, sebab binatang itu lebih banyak terdapat pada binatang dibandingkan manusia. Saya kira si penanya sedang memikirkan keindahan langit yang penuh bintang. Akan tetapi harus diingat bahwa bintang kadang meledak dan menghancurkan tetangga sekitarnya menjadi asap yang gelap. Keindahan, dalam segala hal adalah subyektif dan hanya ada di mata orang yang memandangnya saja.
Bagaimana Orang Agnostik menjelaskan mukjizat dan wahyu lain dari Tuhan YME?
Orang-orang agnostik beranggapan tidak ada bukti “mukizat” dengan arti kejadian-kejadian yang bertentangan dengan Hukum Alam. Kita tahu bahwa penyembuhan dengan iman dapat terjadi dan sama sekali bukan mukjizat. Di Lourdes, penyakit tertentu dapat disembuhkan dan lainnya tidak dapat disembuhkan. Yang dapat tersembuhkan dapat saja disembuhkan oleh dokter manapun terhadap pasien yang beriman. Menurut catatan mukjizat lain, seperti Joshua yang memerintahkan Matahari agar diam, orang agnostik menolaknya dan menganggap hanya legenda dan menunjukkan bahwa semua agama penuh dengan legenda yang begitu. Sama banyaknya mukjizat yang ada pada dewa-dewa Yunani dalam cerita Homer seperti halnya Tuhan Kristiani dalam Injil.
Banyak nafsu rendah dan jahat yang ditentang agama. Jika Anda meninggalkan prinsip-prinsip keagamaan, dapatkan umat manusia terus eksis?
Adanya nafsu rendah dan jahat tak dapat ditolak, tapi tak saya temui bukti dalam sejarah bahwa agama agama-agama telah menentang nafsu-nafsu tersebut. Sebaliknya, malah disucikan, dan memungkinkan orang untuk mentolerirnya tanpa rasa sesal. Hukuman kejam lebih umum terjadai dalam Kristiani dibandingkan tempat lainnya. Apa yang nampak dapat membenarkan hukum mati adalah kepercayaan dogmatis. Keramahan dan toleransi hanya terjadi sejalan dengan berkurangnya kepercayaan dogmatis. Dalam jaman kita sekarang, agama baru yang dogmatis, yakni komunisme telah muncul. Untuk itu, sebagai mana terhadap sistem dogma lainnya, orang agnostik ditenentangnya. Ciri hukum-menghukum komunisme jaman ini persis seperti Ciri hukum-menghukum Kristianitas di abad dahulu. Dengan berlangsungnya waktu, Kristianitas kurang cenderung menghukum, ini adalah hasil kerja para penganut berfikir bebas yang menjadikan penganut dogmatis berkurang ke-dogmatisannya. Jika mereka tetap dogmatis seperti jaman dulu, mereka akan tetap menganggap benar membakar orang yang tak percaya. Semangat toleransi yang dianggap oleh penganut Kristiani modern sebagaimana Kristiani, pada kenyataannya merupakan produk moderasi yang memperkenankan ketidak-jelasan dan mencurigai kepastian absolut. Saya kira siapapun yang meneliti sejarah tanpa memihak akan menuju kesimpulan bahwa agama-agama telah mengakibatkan penderitaan dari pada yang telag diselamatkannya.
Apakah arti hidup bagi Orang Agnostik?
Saya cenderung menjawabnya dengan pertanyaan lain: Apa maksudnya “arti hidup” ? Saya kira itu adalah apa yang dimaksudkan sebagai tujuan umum. Saya tidak menganggap bahwa hidup itu ada tujuannya. Cuma asal terjadi saja. Tetapi tiap individu memiliki tujuan hidup tertentu, dan tak ada alasan dalam agnostisisme untuk meninggalkan tujuan-tujuan hidup ini. Tentu mereka tidak pasti yakin akan dapat mencapai hasil yang diusahakannya; namun anda akan menganggap gila jika seorang tentara menolak tugas bertempur sampai ia yakin pasti menang. Orang yang memerlukan agama untuk menekankan tujuan hidupnya sendiri adalah orang yang ketakutan, dan saya tidak dapat menanggapnya pula sebagai orang yang mencari jalan aman, meski mengakui juga bahwa kekalahan bukan merupakan hal yang tak mungkin.
Apakah penolakan terhadap agama berarti penolakan terhadap perkawinan dan kesetiaan?
Lagi, hal ini akan dijawab dengan pertanyaan: Apakah orang yang mempertanyakan ini percaya bahwa perkawianan dan kesetiaan dapat meningkatkan kebahagiaan di dunia, atau apakah ia mengaanggap bahwa perkawinan dan kesetiaan itu, meski menyebabkan kseusahan di dunia, dipakai sebagai alat mencapai surga? Orang yang mengambil pandangan terakhir jelas tak dapat mengharapkan agnostisisme akan menyebabkan menurunnya moralitas, namun harus kita akui bahwa moralitas adalah sebab utama adanya kebahagiaan umat manusia dalam kehidupannya di dunia. Jika sebaliknya ia mengambil pandangan pertama yaitu bahwa ada argumen yang membumi untuk perkawinan dan kesetiaan, harus juga diyakininya bahwa argumen-argumen ini mesti meyakinkan juga bagi orang agnostik. Orang agnostik dengan demikian tidak mempunyai pandangan berbeda mengenai moralitas seksual. Akan tetapi kebanyakan akan mengakui bahwa, ada argumen yang shahih untuk menentang toleransi terhadap nafsu seksual tanpa kendali. Namun demikian, akan mendasarkan argumen ini pada sumber-sumber membumi yang jelas dan bukan berdasarkan digaan perintah keilahian.
Apakah keimanan karena logika saja merupakan kepercayaan yang berbahaya?
Bukankan logika tidak sempurna dan tidak memadai tanpa hukum spiritual dan moral? Tak seorangpun yang mau memakai otak meski ia agnostik, “hanya mengimani logika saja”. Logika berkaitan dengan kenyataan, sebagian teramati, sebagian lagi disimpulkan. Pertanyaan apakah ada kehidupan masa depan dan pertanyaan apakah ada Tuhan berkaitan dengan kenyataan, dan orang agnostik percaya bahwa pertanyaan-pertanyaan itu harus diselidiki mirip dengan pertanyaan, “Apakah akan ada gerhana rembulan besok?” Namun kenyataan saja tidak cukup untuk menentukan tindakan, karena tidak diberitahukan apa tujuan yang harus kita capai. Dalam wilayah tujuan-tujuan, kita memerlukan hal lain selain logika. Orang agnostik menemukan tujuan dalam hatinya sendiri dan bukan dalam perintah dari luar. Coba kita ambil contoh: Misalkan Anda ingin bepergian dengan kereta api dari New York ke Chicago; Anda akan menggunakan logika untuk mengetahui kapan kereta api berangkat, dan orang yang mengira bahwa ia punya kemampuan mengetahui atau intuisi yang menyuruhnya agar menyesuaikan dengan jadwal akan dianggap agak bodoh. Namun tak ada jadwal yang akan memberitahu bahwa pergi ke Chicago adalah bijaksana. Jelas dalam menentukan apakah hal itu bijaksana, ia mesti memperhitungkan fakta-fakta lain; namun dibalik segala fakta, ada tujuan yang dianggapnya cocok untuk diusahakan, dan bagi orang agnostik sebagaimana orang-orang lain, hal-hal ini termasuk dalam wilayah yang bukan wilayah logika, meski tidak harus bertentangan sama sekali dengan logika. Wilayah yang saya maksudkan adalah emosi dan perasaan dan keinginan.
Apakah anda menganggap semua agama sebagai bentuk takhayul atau dogma? Agama-agama mana yang Anda hormati, dan mengapa?
Semua agama besar dan terorganisir yang mendominasi umat manusia sedikit banyak mengandung dogma, tetapi “agama” adalah kata yang maknanya tidak pasti. Sebagai contoh Confucianism dapat disebut agama, meski tidak mengandung dogma. Dan dalam beberapa bentuk kepercayaan Kristen, elemen dogma diperkecil sampai minim.
Dari agama-agama besar sepanjang sejarah, Saya lebih cenderung Buddhisme, terutama dalam bentunya yang paling awal, sebab agama itu yang melibatkan hukuman paling minim.
Komunisme, seperti agnostisisme bertentangan dengan agama. Apakah orang-orang agnostik itu komunis?
Komunisme tidak menentang agama. Hanya menentang agama Kristiani saja, sebagaimana yang ditentang oleh agama Islam (Mohammedanism sic.). Komunisme, paling tidak dalam bentuk yang diciptakan oleh pemerintah Soviet dan Partai Komunis, adalah suatu sistem dogma baru yang maut dan banyak melibatkan penghukuman. Oleh karena itu, tiap orang agnostik asli mesti menentangnya.
Apakah orang-orang agnostik menganggap sains dan agama tak mungkin bersahabat?
Jawabannya kembali pada apa yang dimaksud dengan “agama”. Jika hanya berarti sistem etika, agama dapat akrab dengan sains. Jika hanya berarti sistem dogma, yang dianggap sebagai mutlak benar, maka hal itu tidak cocok dengan semangat ilmiah/sains yang menolak diterimanya kenyataan tanpa bukti, dan juga menganggap bahwa kepastian mutlak jarang sekali tercapai.
Bukti apa yang dapat meyakinkan Anda bahwa Tuhan itu ada?
Saya kira jika saya dengar suara dari langit yang memprediksi segala sesuatu yang akan terjadi pada diri saya dalam waktu 24 jam mendatang, termasuk kejadian-kejadian yang sangat tidak mungkin, dan dan jika hal-hal itu terjadi betul, barangkali saya dapat diyakinkan paling tidak terhadap adanya intelegensia superhuman. Dapat saya bayangkan bukti-bukti lain sejenis yang mungkin dapat meyakinkan saya, namun sampai kini setahu saya tak ada bukti demikian.
Ryan Breedon untuk Philosophy for Everyone/Filsafat untuk
Siapapun, 24 Agustus 1997.
Diterjemahkan oleh Setya A. Sis
(Sumber Milis Diskusi SARA)
dikutip (kopi paksa) dari sini
Pada akhirnya atheisme dan agnotisisme hanya merupakan usaha pencarian tuhan baru. Jika bukan pada Yang Satu, adalah dirinya yang menjadi tuhan (tanpa huruf kapital seperti halnya Logos dan logos).
untuk masuk kedalam surga itu tidak perlu memakai kepintaranmu, tetapi memakai budi pekerti yg baik tulus dan polos seperti seorang anak meminta sesuatu pada bapaknya.
apakah agnostik ini terlahir dari kekecewaan tehadap agama?
no comment.!
@ilham: entah bagi mereka.. tapi bagi saya, agnostisme ini bukan kecewa akan agama, akan tetapi pengetahuan saya yang belum cukup untuk memuaskan beberapa pertanyaan. Menurut beberapa orang, pertanyaan itu akan terjawab dengan iman. Kembali saya berpendapat: apakah iman itu suatu placebo atau sugesti saja?
Sebelumnya jika anda seorang muslim saya mau memberi sedikit penjelasan mengenai arti iman jika anda maaf termasuk dalam kategori posting diatas:
IMAN menurut bahasa artinya percaya yang berasal dari bahasa arab: Amana-Yu’minu- Imaanan.
Sedangkan menurut istilah iman adalah: Tashdiqun bilqalbi wa iqraarun billisan wa ‘amalun bil arkaan
Meyakini dalam hati, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan.”
Rukun Iman :
1. Iman kepada Allah
2. Iman kepada para Malaikat Allah
3. Iman kepada Kitab-kitab Allah
4. Iman kepada Rasul-rasul Allah
5. Iman kepada Hari akhir
6. Iman kepada Qodho dan Qodar
Tingkatan Iman:
1. Iman Taqlid
Yaitu : percaya melalui ajaran guru tanpa dalil
2. Iman Ilmu
Yaitu : Iman yang timbul karena ilmu, karena mengetahui Aqoid limapuluh dengan dalil-dalilnya
3. Iman Iyaan
Yaitu : iman yang setelah dilandasi dalil, lantas disertai muroqobah (kontak bathin terus menerus kepada Allah)
4. Iman Haq
Yaitu : Iman orang yang mampu menyaksikan Allah dengan mata hatinya.
5. Iman Haqiqoh
Yaitu : Iman orang yang telah sampai ke maqom fana’, mata hatinya sudah tidak melihat selainAllah, dunia dan dirinya sendiri terasa fana atau tidak terlihat lagi. Selain diatas, ada lagi Iman Haqiqotul Haqiqoh, yaitu imanya semua para Rasul yang tidak mungkin diketahui oleh selain mereka.
ISLAM berasal dari bahasa arab, yaitu: Aslama-Yuslimu-Islaaman artinya : patuh, tunduk,menyerahkan diri dan selamat.
Sedangkan menurut istilah Islam adalah “Agama yang mengajarkan manusia berserah diri dan tunduk sepenuhnya kepada Allah untuk menuju keselamatan di dunia dan di akhirat.”
Yang dimaksud dengan tunduk atau berserah diri adalah mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya (taqwa), berdasarkan sabda Nabi SAW : “Islam itu adalah engkau menyembah Allah,tiada engkau persekutukan Dia dengan sesuatu yang lain, engkau dirikan shalat, engkau keluarkan zakat yang difardhukan, engkau berpuasa di bulan Ramadhan dan engkau tunaikan ibadah haji jika engkau sanggup pergi ke Baitullah.” ( HR. Bukhori )
Rukun Islam :
1. Mengucapkan 2 kalimat Syahadat
2. Mendirikan Shalat
3. Menunaikan Zakat
4. Shaum di bulan Ramadhan
5. Menunaikan ibadah Haji bagi yang mampu.
IHSAN menurut bahasa artinya berbuat baik, berasal dari bahasa arab: Ahsana-Yuhsinu-Ihsaanan.
Sedangkan menurut istilah, ihsan adalah berbakti dan mengabdikan diri kepada Allah SWT dengan dilandasi kesadaran dan keikhlasan.Berbakti kepada Allah berarti berbuat sesuatu yang bermanfaat baik untuk diri sendiri, sesama manusia, maupun untuk makhluk lainnya. Semua perbuatan tersebut dilakukan semata-mata karena Allah,seolah-olah orang tersebut sedang berhadapan dengan Allah.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah menerangkan yang dinamakan ihsan adalah :
An ta’budallaaha kaannaka taraahupaillam takun taraahu painnaka yaraaka
“Bahwa engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, tetapi jika engkau tidak melihat-Nya, Dia pasti melihat engkau.”(HR Bukhori)
Wallahu alam bishowab
sama ama komen aye ke abang Nur ye, bang!
Kebetulan saya sdg diskusi dg seorang Agnostik [South Caroline] di FB. Dia emg skeptis trhdp adanya eksistensi Tuhan. Menurut dia menjalani hidup dg beragama hnya akan mmbuat sulit sja krn harus takut dg aturan ”benar” dan ”salah”. Tetapi yg mmbuat sya terheran2, walaupun tdk beragama, ttpi dia hampir menganut nilai2 agama tertentu. Dia orangnya mmg terbuka [apkh smua Agnostik sperti itu?]. Tidak ‘alergi’ trhdp agama tertentu dan mau berdiskusi.
Saya banyak kenal orang seperti itu. Mungkin mereka tidak membenci agama, hanya tidak meyakininya. Soal sulit atau tidaknya beragama, kan itu tergantung dari niatnya. Saya pikir agama itu harusnya memudahkan, bukan menyulitkan.
Bagaimana Allah menciptakan Alam Semesta, ini masih Misteri..
percayakan pada sesuatu yg absolut, yang paling kuasa , paling mengasihi, pokoknya the best of the best, kita akan nyaman dan menuju spiritualitas tertinggi
http://tajarrud.wordpress.com/2011/04/05/memahami-agnostikisme/ memahami agnostik dari kacamata islam
trims
saya agak tidak sependapat dengan anda ketika anda mengatakan Agama yang dianggap sebagai mutlak benar, banyak mukjizat yang terjadi dapat dijelaskan oleh sains.
namun, memang butuh waktu untuk menjelaskan semuanya, karena memang sains yang di milikin oleh manusia pada saat ini belum mampu untuk menjawab semua misteri di balik mukjizat yang terjadi.
seperti peristiwa terbelahnya laut merah oleh Nabi Musa, apakah orang pada tahun 1700an dapat menjawab pertanyaan ini?
tentu saja tidak
karena apa, kaena teknologi dan pengetahuan akan sains yang mereka miliki belum dapat menjawab secara ilmiah mengenai hal ini.
tetapi, saat ini pertanyaan mengenai peristiwa tersebut telah terjawab oleh kemajuan sains yang di alami oleh umat manusia.
saya percaya bahwa TUHAN menurunkan Agama pastilah selaras dengan sains. karena apa, karena ini menjadi suatu pembetulan akan mukjizat yang terjadi, sehingga tidak hanya di anggap dongeng belaka.
Dan satu hal. ingatlah bahwa kitab Injil, Al-Qur’an dan kitab lain baynyak memiliki kiasan kiasan yang tidak dapat kita terima secara harfiah saja, tetapi banyak yang harus kita telaah maknanya.
seperti Yesus di dalam Injil dan Al-Qur’an disebutkan dapat menghidupkan orang mati. Terang saja apabila anda menerima secara harfiah saja sungguh tidak masuk akal. Tetapi apabila kita telaah maknanya kita akan mendapatkan bahwa Yesus “dapat menghidupkan orang yang telah mati hatinya dari petunjuk”. Itu lebih masuk akal.
banyak orang yang memang tersesat karena hanya sekedar membaca, tidak di telaah maknanya. memang banyak hal yang telah menjadi pandangan di masyarakat beragama yang sebenarnya bertentangan dan salah.
saya tidak bermaksud menyinggung.
saya hanya mencoba menjelaskan walau sedikit.
Hampir sama ya, dengan Mas Firman di komen sebelumya.
Terimakasih, saya tidak tersinggung kok. bahasanya santun.
saya kurang setuju apabila anda menyebutkan bahwa Agama yang anda maksud mutlak benar tidak bisa sejalan dengan sains. Banyak mukjizat yang terjadi yang di ceritakan di Al-Qur’an maupun Bible yang dapat di jelaskan dengan sains.
sebagai contoh peristiwa nabi Musa membelah laut merah dengan tongkatnya, sungguh mustahil bagi seorang manusia untuk melakukan ini, karena apa, nabi juga manusia. Apakah manusia pada tahun 1700an dapat menjawab fenomena tersebut, tentu tidak, tetapi saat ini teknologi manusia telah dapat menjawab teka teki dari fenomena yang terjadi pada saat itu. Dan memang, kebanyakan masyarakat beragama yang membaca kitab seperti Al-Qur’an, Bible, dan kitab lain, hanya menerima harfiahnya saja, padahal banyak sekali makna yang terkandung, seperti contoh Yesus dapat menghidupkan orang mati. Sangat tidak masuk akal apabila kita menerima secara harfiah saja, tetapi apabila kita lihat maknanya akan menjadi “Yesus dapat menghidupkan orang yang hatinya telah mati”.
ini sebagai contoh dari kesalah pahaman yang beredar.
kenapa sains dan agama harus selaras? karena keduanya berasal dari satu sumber, TUHAN menurunkan Agama, lalu di berikan kepada manusia Ilmu pengetahuan agar manusia dapat mengerti dan percaya pada apa yang tertulis di dalam Kitab, agar Kitab tersebut tidak dianggap sebagai dongeng-dongeng belaka.
saya hanya mencoba menanggapi, saya tidak bermaksud menyinggung pihak manapun, ini bersifat informasi, akan lebih baik jika ada tukar pikiran.
Terima Kasih
Saya ga bilang, gitu ah Mas Firman.
Saya sepaham jaman Nabi Musa dan Jaman sampai cerita apapun ga bisa di terima oleh akal manusia yang belum ngeh.
Seperti percobaan penemuan televisi yang dianggap mustahil untuk melihat suatu rekaman kejadiannya dari jauh. Kebetulan sampai suatu saat ada yang berhasil menemukannya dan bisa menjelaskannya pada yang lain. Padahal kalo saya yag dijelasin, saya ga abakal mudeng, seperti ketika saya mencoba menjelaskan bagaimana mobil/motor bisa jalan dari bensin, secara komplit dari awal masuk dari tengki samai ke knalpot ke teman saya yang anak SMEA ( dulu saya di STM otomotif)
Tapi melihat perkembangan agama yang berjalan lambat ( atau perkembangan non agama yang berjalan terlalu cepat?) Saya punya pikiran bahwa kita.. eh saya dan yang lainnya.. memang tidak dicerakhan oleh bangsa sendiri. banyak pihak yang sengaja dibodohkan. Mungkin pengetahuannya sudah ada tapi hanya tidak disebarkan? Atau memang disengaja agar kita tersesat demi keagungan pihak? Yah kan kalo mikir begini ga selesai satu malam, mas.
Makasih sudah sharing
Numpang tanya Bos. Kalau orang yang percaya ada Tuhan. Tapi tidak percaya pada agama apapun . Dia percaya ada tuhan dengan konsep sendiri. Apakah orang seperti ini juga disebut agnoistik atau ada istilah lain?
iya kali. Pengertian saya ( dari tulisan diatas ) selama ia “mencari”, dan tidak mengakui aturan lain yang sudah ada bisa jadi ia agnostik. Kalo udah dengan konsepnya sendiri itu artinya dia udah nemu dong. ya dia ga agnostik lagi 🙂
Tambahan:
Buat saya pribadi, dan tadi ada satu yang berpendapat serupa, agnostik sering dijadikan pelarian dari aturan-aturan yang ada.
Contoh gampangnya gini: Semua orang indonesia dewasa kan Harus punya KTP. Nah ada juga orang orang yang males mengikuti aturan itu tapi ga mau di hukum atau bertanggung jawab akan perbuatannya. Maka ia harus bikin negara sendiri kan? kan ga punya ktp, tidak terdaftar sebagai WNI. Klo ia mau di Indonesia, ya bikin KTP kan ga susah susah amat. Nah orang yang males bikin ktp tapi dia tetep di idonesia, ia ngakunya “sedang mencari” kewarganegaraannya.
ijin share
silahkaan..
Kita selalu berusaha mempertahankan norma lama pada sejarah lama menjadi sesuatu yang harus dipertahankan sampai sekarang..tanyakan hati nurani kita yang jujur, apakah seperti itu seharusnya? padahal dunia selalu berubah dan bergerak maju..agama sekarang penuh kepentingan, kepentingan berkuasa karena merasa paling benar.. kita tidak akan pernah tahu mana yang benar, jadi kanapa takut untuk menggunakan hati nurani dan selalu terdoktrin?
Hati nurani manusia isinya sama, jadi kenapa kita selalu berbeda hanya karena doktrin yang ber-beda2..
Tuhan itu ada, lihat tubuh kita yang kompleks, tersistem dengan susunan yang rapi, ditambahkan jiwa yang bisa berpikir dan bernurani. Belum ada sejarahnya manusia bisa membuat..
tapi, Tuhan itu satu, apapun ajarannya dan sejarahnya..
atas nama melenceng dari agama itu sebutan nya tetap Kafir,.
agnostik itu salah satu sekte kristen yang akan dihancurkan di hari akhir
kalau tidak ada Tuhan… lalu siapa yang menciptakan alam semesta beserta isinya yang mahadasyat ini? jelas jawabannya pasti Tuhan.
Bila kita mau jujur, sebenar nya banyak sekali manusia yang Agnostic. Tapi karena mereka “takut” akan kata Tuhan, banyak sekali yang tidak berani mengakui diri nya agnostic. Sebagai penganut faham Agnostic, saya pribadi merasa nyaman.
“Bila kita tidak bisa mengasihi orang lain, janganlah menyakiti”
sedikit ralat.
itu bukan injil (tentang wanita tak boleh kawin dengan saudara laki2 suaminya. itu masuk dalam perjanjian lama. Injil=perjanjian baru. mereka berbeda.Perjanjian lama-ada sebagian taurat di dalamnya. Perjanjian baru/Injil=surat yang dtulis oleh para rasul terpilih yang menyatakan tentang Yesus Kristus, makanya disebut Injil atau kabar gembira.
Ok Trims. Saya tampung pembetulannya.
[…] dari : Sini Share this:TwitterFacebookLike this:LikeBe the first to like […]
untuk berbicara dgn Bapak disurga itu tidak perlu dgn kata-kata yg puitis, teologi, dan tersusun begitu indah dan puitis, tetapi dgn ketulusan hati serta kepolosan hati, itu yg dikehendaki BAPA disurga.
tadi katanya no comment?
Sigmund Freud : Tuhan adalah khayalan manusia dewasa sebagai kelanjutan akan khayalan akan superhero/pahlawan pada masa dia masih kecil. Friedrich Nietzche : Tuhan adalah suatu gambaran antara/sementara akan pencarian manusia unggul (Untermensch) dikemudian hari. Jadi kalau kita pahami dari kedua filsuf Jerman itu, Tuhan adalah hasil ciptaan/rekaan manusia, soal benar atau tidak itu perlu suatu pembuktian. Tapi tenang saja para fisikawan di Swiss sekarang ini sedang mencoba untuk menemukan Partikel Tuhan, suatu partikel yang menjadi sebab musabab terjadinya alam semesta ini. Jika partikel itu sudah ditemukan maka agama, kitab suci, atheis, agnostik, siap2 saja kalian masuk ke museum. Salam kemanusiaan.
silahkan berdiskusi sama komentator lainnya ya..
tapi, ga ada benarnya, sarkatis pada yang lain, kan?
Salam Kemanusiaan.
tobat..tobat…kiamat uda dekat…
🙂
menurut pendapat saya TUHAN ada,tapi sebenarnya agama yg paling benar dan masuk akal itu ISLAM!!!!UNDERSTAND!!!!!!
apakah tuhan bisa dibunuh??TIDAK,Nabi Isa bukanlah anak Allah.Allah adalah tuhan,(bukankah tuhan tidak beranak dan tidak pula diperanakan)????
Saksi nya banyak orang CHINA yg masuk islam??
pada masa yg akan datang islam berkembang dan hampir semua agama punah!!!!!ALLAHUALAM 🙂
abang knapa galak gitu bang? Ini kan aye bahas opini orang 😛
Thanks atas pandangannya…
Sy seorang Muslim,
Sy sedang belajar dan terus belajar tentang agama sy…
Sy lebih memfocuskan pemahaman sy dengan hal2 yg bersifat kebathinan/metaphisik… karena sy meyakini bahwa kualitas spritualitas seseorang sesungguhnya tidak terletak pada ketaatan ritual sebagaimana yg diajarkan dlm kitab2 “suci” yg sekarang banyak dilakukan oleh penganut agama (syariat:piqih). Ketaatan yg demikian bagi sy ketaatan yg melelahkan, kosong dari nilai yg lahir dari diri sy sendiri.
Akal sy mengatakan bhw Tuhan atau apa pun sebutannya, suatu yg tidak bisa ditangkap oleh akal manusia. Ia lain dari apa yg ada, dan tentunya tidak ada bahasa yg mampu menyampaikanNya.
Sy pernah mendengar dari guru spritual sy bahwa, “Ilmu ketuhanan itu rahasia, jika dibukakkan maka batallah ilmu kenabian. Ilmu kenabian itu adalah rahasia, jika dibukakkan batallah ilmu ulama. Ilmu ulama itu adalah rahasia, jika dibukakkan batallah hukum”.
Itu artinya syariat/piqih bisa terabaikan…
Mengenal Tuhan, tidak melalui proses argumentasi yg panjang dan rumit, melainkan melalui zikrullah/meditasi sebagaimana cara2 yg diajarkan guru. Zikrullah/meditasi merupakan upaya meniadakan diri dan segala yg fana…
Mencari rasa…
Bagaimana rasanya!? hanya org yg mendapatkan pencerahanlah yg mengetahuinya…
Rasa memang tidak bisa dijelaskan kepada orang yg belum merasakannya…
Orang yg sudah tercerahkan, tidak luput dari hukum alam, ia pun tidak bisa mengatur alam ini sesuai dgn kehendaknya.
Namun mereka penuh keyakinan dan hidup dalam kebahagiaan sepanjang tarikan nafasnya…
Mereka penuh maaf dan pemaklum yg sangat sempurna..
Ilmu kebathinan Islam yg sy pelajari ada miripnya dgn ajaran Buddha Yang Agung…
Apakah dalam ajaran Islam (ajaran kebathinannya) mengandung paham agnostik!??
Maaf hanya sekedar berbagi
Makasiy makasiiy..
kalo pandangan aye si udah kliatan di balesan abang Brandon 🙂
kalo soal “Apakah dalam ajaran Islam (ajaran kebathinannya) mengandung paham agnostik!??” aye ga tau banyak bang.
tapi aye pernah baca, kecintaan seseorang pada hal mistis (dalam konotasi positif) itu bakal membuat die merasa dekat dengan yang dicintainye.
Iye bener! Pernah dulu ( waktu kecil) masalah beginian ga boleh di tanya. Otaknye ga bakalan kesampean, kata guru ngaji ane.
aye ga mo debat kusir kaye orang disebelah ah.
tapi ga ngape kite blajar ye bang!
Seorang agnostisme menurut saya adalah seorang yang terjebak dalam mencari “Tuhan”, karena mereka hanya menggunakan akalnya, sedangkan “Tuhan” bukanlah objek yang dapat dipahami melalui fakta dan logika.
Namun, setidak-tidaknya mereka lebih merdeka dalam berkeyakinan dari pada seorang yang hanya menerima agamanya tanpa bertanya (mengkritisi).
Ketika Nabi Muhammad SAW didatangi sekelompok orang dan mereka mengatakan bahwa mereka telah iman, lalu Nabi mengatakan bahwa sesungguhnya kalian belum iman, melainkan hanyalah orang2 yang tunduk.
Iman itu suatu yang membesut dari dalam diri, bukan suatu yang datang dari luar (tidak dari kitab2 dan tidak pula dari kata2 orang yang dianggap suci).
Iman itu rasa…
Selama para agnostisme mengenyampingkan rasa dan memuja logika, selama itu pulalah mereka tidak menemukan rasa sebagaimana rasa yang dirakan oleh orang yang menfapatkan pencerahan….
Sy sangat menghargai pilihan keyakinan para agnostisme…
Maafkan saya, jika kata2 saya kurang berkenan…
Saya sangat tertarik dengan pemikiran anda, hanya mau berdiskusi…
I LOVE U: )
Aye juga ga agnostik agnostik amat, bang! tapi aye suka ame bagian “tanpa bertanya” dan “selama” 🙂
I LOVE U 2 bang!
Akhirnya setelah keliling dan minta petuah dari Eyang Google tentang agnostik, saya pun temukan blog ini, alhamdulillah…terimakasih ya…
🙂
salam.., jadi agnostik… bukan operasi plastik, hehehe * kidding
🙂
^_^
pindah ke sini ya -> http://age.web.id/apakah-agnostik-itu